REVIEW MATERI MATA KULIAH SEJARAH SOSIAL INDONESIA PERTEMUAN KE-6


A.      Model-Model Penulisan Sejarah Sosial

1.      Anneles

Aliran Annelis mulai berkembang di Perancis tahun 1929, yang dipelopori oleh Lucian Febvre dan March Bloch. Tulisan Fabvre dan Bloch fokus pada penunjukkan dan interpretasi terhadap peristiwa dan tindakan yang tunggal terutama tindakan, peristiwa dan lembaga politik dari golongan elit. Bloch dan Febvre ingin menyesuaikan kembali penyelidikan kesejarahan terhadap perubahan sosio-ekonomi dan sejarah dari kelompok-kelompok, kelas-kelas, dan komunitas-komunitas, terutama perjalanan sejarah yang panang dari masyarakat agraris. Penerus aliran Annales pada masa pasca Perang Dunia II adalah Fernand Braudel.

2.      Marxis

Istilah Marxis dalam bahasan ini bukan tentang ideologi kiri dari pemikiran Karl Marx, melainkan model perubahan sosial dari Marx yang dianut oleh Engels, Lenin, Lukacs, dan Gramsci. Model ini adalah teoril sekuensial (tahap) perkembangan masyarakat yang dalam diistilahkan sebagai “formasi sosial”. Perkembangan ini bergantung pada sistem ekonomi (diistilahkan sebagai cara atau modus produksi) yang mengandung konflik-konflik sosial yang mengakibatkan timbulnya krisis, revolusi, serta perubahan yang terputus-putus. Terdapat tiga tema menarik saat mempelajari perubahan sosial dalam masyarakat, yaitu

a.  Perubahan sosial menekankan pada kondisi materialistis berpusat pada perubahan-perubahan cara atau teknik produksi material sebagai sumber perubahan sosial budaya.

b.     Perubahan sosial utama adalah kondisi-kondisi material dan cara-cara produksi pada satu pihak, sementara itu hubungan-hubungan sosial serta norma-norma kepemilikan berada pada pihak yang lain.

c.       Bahwa manusia menciptakan sejarah materialnya sendiri.

3.      Durkheim

Emile Durkheim menganut teori perubahan sosial bertahap (evolusionistik unilinear). Konsep perubahan sosial Durkheim bertolak belakang dari pembagian kerja (division of labour). Menurut konsep ini, proses pembagian kerja berkembang karena lebih banyak individu yang dapat berinteraksi satu sama lain. Hubungan aktif berasal dari “kepadatan dinamis atau mora” masyarakat yang berinteraksi melalui dua sifat utama, yaitu kepadatan yang bersifat demografis dan teknis. Kepadatan yang bersifat demografis bersumber dari adanya konsentrasi penduduk, khususnya dengan perkembangan kota (terutama melalui migrasi). Kepadatan yang bersifat teknis terjadi akibat meningkatnya alat-alat komunikasi dan transportasi dengan cepat.

4.      Sejarah Sosial dengan Pendekatan Multidimensional

Sartono Kartodirdjo merupakan yang pertama kali memperkenalkan pendekatan multidimensional atau social scientific dalam mengkaji peristiwa sejarah yang mempunyai permasalahan tersebut. Karya Sartono yang berjudul Pemberontakan Petani Banten 1888 merupakan obyek penelitian Sartono dengan menggunakan pendekatan multidimensional. Sartono menganjurkan rapprochement atau proses saling mendekati antara ilmu sejarah dengan ilmu-ilmu sosial lainnya karena hal ini menjadi suatu tuntutan dalam historiografi.

 

B.       Implementasi Penulisan Sejarah Sosial di Indonesia

Penulisan sejarah sosial di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh sejarawan Indonesia saja, melainkan juga sejarawan asing. Dalam bahasan ini tidak bermaksud membandingkan antara penulisan sejarah oleh orang Indonesia dengan orang asing, karena masing-masing memiliki kontribusi dalam memperkaya khazanah penulisan sejarah di Indonesia. Penulisan sejarah sosial oleh sejarawan asing dapat digunakan sebagai ”second opinion” dalam menganalisis fenomena sosio-historis dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

1.      Penulisan Sejarah Sosial oleh Ilmuwan Asing

Clifford Geertz. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pusaka Jaya, 1981.

Denys Lombard. Nusa Jawa: Silang Budaya Kajian Sejarah Terpadu. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.

W.F. Wertheim. Masyarakat Indonesia dalam Transisi, Studi Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999.

2.      Penulisan Sejarah Sosial oleh Sejarawan Indonesia

Ahmad Adaby Darban. “Sejarah Kauman Yogyakarta tahun 1900-1950: Suatu Studi Terhadap Perbuahan Sosial”, Skripsi pada Universitas Gadjah Mada, 1980.

Kuntowijoyo. Radikalisasi Petani: Esai-Esai Sejarah. Yogyakarta: Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2002.

Sartono Kartodirdjo. Pemberontakan Petani Banten 1888. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1984.

3.      Menulis Sejarah Sosial dari Lingkup Mikro

Sejarah mikro (microhistory) mengamati fenomena-fenomena secara mikroskopis. Sejarah lokal dapat dimasukkan ke dalam kategori ini, termasuk sejarah pedesaan pada kriteria tertentu. Dalam konteks sejarah konvensional atau “historiografi gaya lama”, sejarah dalam lingkup mikro nyaristidak ada karena pandangan bahwa dampak yang ditimbulkan hanya pada skala kecil, tidak “menghebohkan” sebagaimana sejarah politik. Penulisan sejarah mikro perlu metodologi yang khusus, kerangka konseptualnya haruslah cukup halus agar dapat dilakukan analisis yang tajam. Penekanan pada kronolohi sebagaimana penulisan sejarah secara naratif tidak akan memuaskan apabila mengkaji sejarah mikro. Hal-hal yang perlu ditonjolkan justru struktur, pola, atau kecenderungan-kecenderungan khusus.

4.      Mengidentifikasi Permasalahan

Aspek paling penting dalam sejarah sosial adalah perunahan. Perubahan ini dapat mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Perubahan dapat terjadi dengan cepat, lanbat, bahkan sangat lambat. Perubahan yang terjadi secara cepat dapat diidentifikasi dari dampak-dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan perubahan yang berjalan lambat perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal: Sejarah Perkembangan Islam di Brunai Darussalam

RESENSI BUKU REFORMA AGRARIA: Landreform dan Redistribusi Tanah di Indonesia

REVIEW MATERI MATA KULIAH SEJARA PEDESAAN PERTEMUAN KE-9