GADGET MEMBUATKU LUPA SEGALANYA
Smartphone (telepon genggam) dan tablet telah menjadi hal yang sangat murah
dan mudah untuk dimiliki saat ini. Penggunaan gadget atau alat-alat canggih
yang terkoneksi ke internet membuat kebutuhan akan dunia tersebut terus
meningkat dari waktu ke waktu. Terdapat juga faktor lain meningkatnya
penggunaan gadget yaitu semakin terjangkaunya biaya untuk dapat terkoneksi ke
internet. Banyak orang tua yang membelikan perangkat elektronik tersebut kepada
anaknya sebagai hiburan, permainan, dan pendidikan. Akan tetapi, sebagai orang
tua, harus bisa mengendalikan dan membatasi konten yang dikonsumsi
putra-putrinya agar sesuai dengan usia mereka.
Gadget tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, tetapi juga digunakan oleh
pengguna usia muda seperti anak-anak atau remaja. Pengguna gadget yang
terhubung ke internet, khususnya ke dunia maya, selama 24 jam, membuka Twitter,
Facebook, ataupun Instagram sering kali menjadi aktivitas rutin yang tidak bisa
ditinggalkan setiap harinya. Bahkan setelah bangun tidur pun seringkali yang
dilakukan pertama kali adalah mencari handphone terlebih dahulu. Ketika dunia
internet telah menjadi rutinitas, sering kali mereka memandang aneh kepada
teman-temannya yang tidak mempunyai Facebook, Twitter, Instagram, dan
lain-lain. Mereka lebih memilih untuk mencari popularitas di media sosial dan
berinteraksi dengan gadget mereka.
Interaksi di dunia maya memang dipandang sebagai cara berkomunikasi yang
menarik. Namun, dalam komunikasi dunia maya, terdapat kurangnya komunikasi face
to face (tatap muka). Setiap orang memerlukan kontak tatap muka secara
langsung untuk dapat mempertahankan kemampuan sosial yang dimilikinya. Dengan
kemampuan sosial, manusia akan tetap mampu memenuhi kodratnya sebagai makhluk
sosial, karena didalam kehidupannya manusia tidak dapat hidup dalam
kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.
Ini merupakan salah satu kodrat manusia yang ingin selalu berhubungan dengan
manusia lain.
Selain media sosial, game juga dipengaruhi oleh tren dan teknologi. Setiap
ada inovasi baru dibidang teknologi, khususnya teknologi komputer, akan membuka
peluang untuk pengembangan game baru pula. Pada saat ini, fasilitas game dapat
dengan mudah ditemukan dimana saja. Bagi remaja yang tidak memiliki fasilitas
game di rumah, mereka biasanya pergi ke warnet yang menyediakan fasilitas game
seperti game online. Kondisi ini membuat remaja dapat lebih mudah bermain game
dimana saja dan kapan saja. Hal ini membuat para remaja tak mengenal waktu yang
akhirnya menyebabkan ketergantungan dan tidak peduli terhadap kegiatan lain.
Mereka cenderung acuh tak acuh terhadap semua kegiatan dan kebanyakan dari
mereka meninggalkan atau menyepelekan suatu pekerjaan yang seharusnya dapat
mereka kerjakan pada saat itu juga.
Anak apabila sudah ketergantungan atau keasyikan bermain game, mereka
sering menghambur-hamburkan waktu dan uang mereka. Mereka sering lupa akan
waktu, waktu untuk makan, beribadah, dan bahkan waktu untuk pulang. Prestasi
belajar pun menjadi menurun karena waktu yang mereka gunakan telah tersita
hanya dengan bermain game. Hubungan sosial dengan teman, keluarga dapat menjadi
renggang karena terlalu sering bermain game. Waktu yang seharusnya mereka
jadikan sebagai waktu untuk bersama menjadi jauh dan berkurang. Pecandu game
hanya bergaul dengan game online saja. Mereka menjadi terisolasi dari
teman-teman dan lingkungan masyarakat yang ada. Keterampilan sosial yang
berkurang membuat mereka semakin sulit untuk berhubungan dengan orang lain.
Perilaku menjadi kasar dan agresif karena terpengaruh oleh apa yang mereka
lihat dan yang mereka mainkan dalam game tersebut.
Kecanduan game membuat sulit untuk berkonsentrasi dalam suatu pekerjaan.
Mereka menjadi cuek dan kurang perduli terhadap hal-hal yang ada disekitar
mereka. Terkadang mereka akan melakukan apapun demi bisa bermain game, misalnya
seperti berbohong dan mencuri uang. Karena terbiasa hanya berinterkasi dengan
komputer dapat membuat mereka menjadi pribadi yang tertutup, sulit
mengekspresikan diri ketika sedang berada di lingkungan yang nyata.
Anak apabila sudah kecanduan game, kebanyakan dari mereka menjadi pribadi
yang tertutup bahkan kadang berperilaku agresif. Karena seorang anak bergantung
pada orang tua dan orang-orang yang lebih dewasa lainnya, mereka membutuhkan
bimbingan dan dukungan moral dan fisik, keluarga mereka seharusnya mengatur
cara pandang mereka. Karenanya, hubungan seorang anak dengan anak lainnya
didasari oleh keyakinan, perspektif, aturan, dan nilai-nilai keluarga. Maka,
ketika seorang anak berbicara dengan orang tua, orang tua harus ingat bahwa apa
yang dia katakan niscaya dipengaruhi oleh pandangan keluarga, budaya, dan
komunitas tempat ia hidup. Ketika membantunya, orang tua perlu memahami dan
meghargai cara pandangnya dan posisinya di lingkungan tersebut.
Selain itu, membawa anak-anak untuk menikmati keindahan alam juga sangat
bermanfaat untuk mengisi kekosongan. Keindahan alam yang mempesona mempunyai
daya tarik tersendiri bagi anak, demikian pula dengan orang dewasa. Membawa
anak menukmati keindahan alam akan menimbulkan rasa takjub terhadap sang
pencipta. Kesan takjub atau kagum tersebut akan menstimulasi imajinasi anak
untuk menikmati pemandangan alam tersebut dalam perspektif rohaninya. Dengan
pola ini, anak akan tanpa sadar mengagumi kebesaran Tuhan yang telah
menciptakan alam semesta.
Gadget
pada dasarnya hanyalah sebuah alat. Yang terpenting, orang tua harus membangun
kesadaran anak untuk menggunakan gadget sesuai dengan fungsinya. Jadi, sebelum
memberikannya, orang tua perlu mengedukasi anak perihal fungsi gadget/smartphone.
Misalkan, untuk menghubungi orang tua jika telat pulang sekolah. Selain itu,
sebaiknya sebelum memberikan smartphone, harus ada komitmen terlebih
dahulu mengenai fungsi penggunaan smartphone tersebut. Tidak justru
sebaliknya, memberikannya dulu baru membuat komitmen
Daftar Pustaka:
Daftar Pustaka:
Geldard, Kathryn dan David Geldard. 2008. Membantu
Masalah Orang Lain dengan Teknik Konseling. Terjemahan oleh Agung
Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyadi. 2015. Cerdas dengan Spiritual
Educational Games. Yogyakarta: Saufa.
Wulansari, Nyi Mas Diane. 2017. Didiklah
Anak Sesuai Zamannya: Mengoptimalkan Potensi Anak di Era Digital. Jakarta:
PT Visimedia Pustaka.
Komentar
Posting Komentar